September 25, 2015

officially civilian - Home #2

sipil: berkenaan dengan penduduk atau rakyat (bukan militer) -KBBI

ya, kata itu juga dipake warga smansa buat orang-orang yang gak ikut organisasi atau ekskul. seminggu lalu gua bukan sipil kok, hehe. punya tiga rumah yang jarang gua jadikan tempat pulang (maaf), yaitu DKM, KIR dan Pandawa 16.
tapi kan sekarang udah di lantai satu, pasti bakal sipil dong ya? iya. semua udah gua lepas per minggu ini.

gimana pun estafet kepengurusan tetep harus ada, penerus dan perubah pun begitu. lagi pula warga lantai satu harus prepare buat ngelangkah lebih jauh, walau enggan.

seminggu lalu, tepat di Jumat, ada SP angkatan gua (sidang pertanggungjawaban) yang artinya semakin dekat dengan lengser. jauh sebelum itu, Dio bilang "XXVI terbentuk bukan sekedar atas profesionalisme kerja, tapi kekeluargaan." dan gua biasa aja pada awalnya.

setelah SP, seperti biasa ada musyawarah Pandawa kecuali sembilan orang kandidat. dan abis dari musyawarah, ada aja yang ngajakin malem sabtuan. para gacin.
dan kita pun 'malem sabtuan' dulu. wueks.
semua berjalan biasa aja, ngobrol ketawa-tawa dll.
sampai satu dari kita ada yang bilang

"eh balik yu udah malem nih"
"ngapain? kan kita udah pulang"

deg.
rumah.

entah disitu gua melihat kita yang gak bisa dipisah. disatu sisi bahagia karena, ya, ini kita, sesolid ini. disatu sisi gua khawatir, sadar kalau kuliah semakin dekat dan semua dari kita punya cita-cita yang beda. masih mungkin kah di satu ruang yang sama? menurut gua nggak.

"eh abis ini gamau tau ya jangan sapa-sapaan selama satu minggu, berlagak gak kenal, buat yang sekelas dan satu tempat les jangan ngobrol kecuali tentang pelajaran." -Gua

saat itu temen gua ada yang nangis.
"berarti nanti kalau sholat duha gabisa ke kelas dia dong?"
"nanti gua sholat sama siapa?"

hal itu semakin bikin gua yakin buat ngejauhin semuanya selama satu minggu.
"ketemu lagi hari sabtu tanggal 26, janjian di smansa jam 8"

hari pertama dari berlakunya system tak saling kenal, gua hampir ke kelas sebelah buat ngobrolin suatu hal. hampir nyapa dan ngeledekin temen gua juga. begitu pun hari kedua.
bahkan gua yang menyadari bahwa gua termasuk pada yang apatis (dan anti-cheesy) pun hampir ngelanggar. seminggu tanpa mereka emang biasa aja, tapi yang pasti terasa gak lengkap.

seminggu itu juga sedikit banyak membuat gua sadar lebih dalam apa itu arti sebuah rumah.
tempat pulang ketika sudah pergi sejauh-jauhnya.
tempat kembali setelah mengenal hal lain sedalam-dalamnya.
tempat istirahat setelah lelah selelah-lelahnya.
tempat yang pernah gua benci sebenci-bencinya.
tempat yang pernah bikin gua bertanya "kenapa gua ada disini?"
tempat yang bikin gua bertanya pula "kenapa gua masih bertahan disini?"
tempat yang mengajarkan apa itu "ikhlas"
tempat yang mengajarkan bahwa gua lebih dari yang gua kira.
tempat mencaci maki namun pada akhirnya ga pernah membenci.

teruntuk tiga keluarga yang selalu gua tinggalkan,
maaf kalau selama ini gak pernah total,
maaf kalau selama ini masih suka gak ikhlas,
maaf kalau selama ini hanya membebani.
maaf kalau hanya mengucap maaf dan terlambat.

No comments:

Post a Comment